Kamis, 29 September 2016

Siapa Yang Meghina Siapa?

Oke, 'islam dihina'. Banyak cara orang yang dengan kekreatifannya menghina agama ini.
Tapi kalau dipikir-dipikir nih. Ingat ya, dipikir-dipikir. Berarti cuma untuk yang punya otak aja. Yang masih ragu punya otak atau tidak. Mbok yaa minggir dulu

Lebih hina dihina siapa hinanya 'islam' ini?
Orang yang bukan islam, berkata -okelah, kita katakan saja dengan argumen- yang intinya hanya meminta kejelasan keyakinan islam tentang 'keghaiban islam' dengan pembuktian nyata? Sulit memang, bagi saya.

Daripada oleh yang 'katanya islam', ISIS, 'ayahnya si Sayyaf' atau bahkan sebagian orang-orang islam Indonesia yang sok suci tapi sisi premannya nge-gawati yang baru-baru ini membakar vihara?
Kita seharusnya marah, ketika islam 'dihina' dengan logika orang-orang yang diluar islam?
Atau kita senang, ketika islam 'dihina' dengan arogansi ke-mayoritas-an orang-orang islam itu sendiri?

Muslimkah Kita?

Kepada Fir'aun yang sama-sama kita tahu bahwa kejahatannya adalah sejahat-jahatnya kejahatan terhadap Allah dan manusia. Allah tetap saja memerintahkan Nabi Musa dan Harun as. untuk menemuinya dan sekiranya dapat mengingatkannya dengan cara yang lembut barangkali hal itu dapat membuatnya sadar dan takut seperti yang dikabadikan Allah pada surat ath-Thaha ayat 43-44.

Hari ini kita yang mengaku umat Islam yang membangga-banggakan Al-Qur'an. Dan berkata bahwa seharusnya setiap perlakuan kita sehari-hari harus berpedoman terhadap Al-Qur'an. Benar-benar telah menyelisihi 'kalam suci' itu sendiri. Itu merupakan bentuk kemunafikan kita yang sudah tidak bisa kita elakkan lagi saat ini.

Tentang bagaimana kisah-kisah Nabi Muhammad SAW. yang kita akui sebagai tauladan terbaik kita terhadap seorang Yahudi yang setiap hari mengumpat junjungan kita, tapi dengan kasihnya beliaulah orang yang paling peduli dengan seorang Yahudi itu. Bahkan sampai rindu ketika kehilangan 'umpatan' si Yahudi karena sedang sakit. Lalu menjenguknya dan menyuapkan makannya. Sampai ajal orang yang kita akui paling kita cintai itu tiba, sampai Yahudi itu mengucap dua kalimat syahadat. Begitu pesan-pesan yang sampai kepada kita.

Al-Qur'an dan Hadits yang kita akui sebagai buku petunjuk utama kita, kita dustakan sendiri dalam kehidupan kita.

Sekarang, tanya kepada diri sendiri, siapa sebenarnya Allah itu bagi kita? Al-Qur'an dan hadits itu apakah benar menjadi pedoman kita? Siapa sebenarnya orang yang kita akui sebagai Nabi yang bernama Muhammad itu?

Atau muslimkah kita?

Pergaulan dan Keikhlasan

Malam tadi setelah bercerita-cerita tentang ayah seorang teman saya yang mendapatkan hadiah emas dari perusahaan atas pengabdian 25 tahun kerjanya. Sampai kepada pertanyaan saya kepada seorang teman, "gimana kalau kau kira-kira dapat emas 2 batang yang di tempat yang sama ada alamat yang punya, kau apakan emas itu?"

Dia menjawab, "menurut hati nuraniku kubalikkan emasnya." Mendengarkan jawaban seperti itu saya diam saja, hampir tak mengeluarkan ekspresi apa-apa. Seperti seolah-olah tek pernah bertanya apapun.
Tapi dia melanjutkan, "mana tau yang punya emas punya anak cantik yakan? Kan bisa aku dinikahkan sama anaknya, jadi tinggal nunggu bapaknya mati saja."

Mendengar itu kami tertawa, meski semua kami tahu bahwa itu yang akan dikatakannya.
Ya kami tertawa saja seperti lelucon biasa. Itu manusiawi. Pada hal-hal semacam itu anda tak perlu mencaci maki siapapun. Siapa yang tahu bahwa jika benar terjadi dia malah benar-benar ikhlas mengembalikannya.

Hal-hal seperti ini banyak terjadi diantara kita. Dan dengan egoisnya kita selalu merasa lebih baik dan akan melakukan hal-hal yang lebih benar. Padahal siapa yang tahu, bahwa otak kitalah sebenarnya yang paling busuk.

Haruskah Kita Menyerah Atas Kebobrokkan Bangsa Ini?

Rasa skeptis yang selama ini menyelimuti saya terhadap pejabat-pejabat negara ataupun aparat keamanan negara telah membuat saya untuk menjaga diri untuk tidak terlalu banyak berhubungan dengan mereka. Meskipun suatu kali harus benar-benar harus 'bersentuhan secara langsung' saya mencoba untuk benar-benar tidak menunjukkan ketidaksukaan saya walaupun juga tidak menunjukkan hormat yang khusus terhadap mereka. Sikap saya terhadap mereka biasa-biasa saja seperti kepada setiap orang yang berhubungan dengan saya di setiap aktivitas keseharian. Justru di dalam hati saya hanya menganggap mereka sebagai pelayan saya. Sedang saya adalah majikan yang baik.

Mencintai tanah air sudah tertanam sejak lama dalam diri ini. Kebobrokan yang terjadi di negara ini sama sekali belum berhasil untuk menghancurkan itu. Justru sering kali saya merasakan cinta itu semakin tumbuh-berkembang ketika kebobrokan-kebobrokan kian muncul setiap harinya. Itu semua menjadi motivasi untuk tetap berbuat yang terbaik untuk negeri meski tak berdampak berarti bagi negara.

Selama ini kita menyesali, tapi tak pernah berbuat lebih baik. Kita menyadari kesalahan, tapi terus menerus melakukan kesalahan itu. Kita harus berubah, dan kita memang merubah, selalu berubah, kita merubah pemahaman kita terhadap kejahatan-kejahatan di negeri ini, sebagai sebuah perbuatan biasa saja, dan terus melestarikannya.

Dulu kita sedih mengetahui ada pejabat negara yang korupsi, dan menyusun gerakan untuk memakzulkannya. Sekarang kita hanya menganggap hal-hal semacam itu sebagai sebuah lelucon, dan yang terparah, kita menjadi bagian darinya.

Wanita Sebagai Alasan Utama Terjadinya Korupsi, Benarkah?

Aslinya yang bikin korupsi merata di semua lini pemerintahan adalah vagina. Entah dari vagina istri pertama, vagina istri kedua, dan seterusnya, apalagi vagina wanita simpanan. Sebab mau cari alasan apa lagi? Semua koruptor itu orang kaya kok. Malah sudah sangat kaya.

Jangan tertawa dengan gaya bahasa saya. Ini cuma strategi saya untuk melatih anda tidak munafik.
Untuk kaum hawa, ada sebuah nasehat. Semua pejabat yang korupsi mayoritas melakukannya karena desakan sang istri. Sekali lagi, jangan munafik. Si pejabat terdorong korupsi karena sering melihat sang istri BANGGA dan SOK IMUT kalau lihat harta keluarga.

Demi cinta kok.

Namanya harta haram itu pasti bikin si pemiliknya cenderung hal-hal haram. Awalnya korupsi demi sang istri, tapi karena tubuhnya kemasukan makanan haram terus, tubuhnya lama-lama resisten dengan sesuatu yang halal.

Akhirny, PASTI ingin lihat bulu jembut daun muda alias selingkuh.
Air mata buaya, jangankan didengarkan langit, jin-jin yang lihat para istri menangis di atas sajadah, mengeluh dislingkuhi, cuma ngakak, "Goblokmu dhewe, hahaha..."

Para perempuan itu aslinya penguasa para lelaki. Logika para lelaki itu mati kalau dibenturkan dengan cinta. Jadi, jika diantara kalian mempunyai suami yang berkuasa, arahkanlah jabatannya untuk berbuat hal-hal mulia. Misal minta suami tidak korupsi dan menggerakkan kantornya bakti sosial.

Wis percoyo aku. Malah yang kayak gitu itu, kalian, para perempuan, bakal sangat disetiai para suami, meskipun jabatannya makin meninggi. Sebab, kalau manusia suka menolong (bukan pencitraan karena rasa bersalah korupsi lho ya), maka ia akan ditolongNya. Anda akan dipinjamiNya tali suci yang di luar kekuatan manusia sehingga mau suami anda mau digoda dengan artis seksi pakai susuk pun tetap setia.

-Doni Febriando-

Kau Ataukah Aku Yang Pantas Ada Di Surga?

Yang aku tahu dan pahami, tak ada seseorangpun di antara kita yang bisa memastikan siapapun masuk surga atau neraka nantinya. Itu hak yang cuma Allah memilikinya.

Semua orang memang punya salah, justru orang-orang yang paling rindukan Tuhan adalah kembalinya orang-orang yang bersalah itu ke 'jalanNya'. Jadi memang kesadaranmu atas kesalahan itu dan bertaubat merupakan sebuah jalan mendapatkan kasih Tuhan.

Banyak orang-orang yang merdu suaranya melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an. Sayangnya ada juga di antara mereka yang memanfaatkan kemerduan suara itu untuk menebar kebencian, mengajak orang-orang untuk mempertikai sesuatu yang bukan merupakan masalah, adu domba demi menghasilkan keuntungan pribadi dan kelompok.

Banyak juga yang merasa lebih dekat hubungannya dalam melakukan teladan dari Rasulullah, padahal sebenarnya jauh sekali perbandingannya. Sebagai perbandingan dasar, Rasulullah itu 'ra'ufur rahiim', yang paling mengasihi di antara kita. Sedang orang-orang yang mengaku itu justru seringkali menghakimi sesuatu tanpa verifikasi. Tentu orang-orang seperti itu hanya menyimpan buruk sangka dan kebencian di dalam dirinya.

Lebih banyak lagi yang merasa baik karena sudah mengikuti tampilan-tampilan arab, berjenggot, gamis, sorban dan sebagainya. Merasa itu adalah cerminan Islam. Padahal Abu Jahal juga seperti itu. Mereka tak paham bahwa islam hanya mengatur cara berpakaian, bukan mengatur pakaian apa yang harus dipakai. Tapi hanya saja, kesombongan menutupi itu semua, dan sampai sekarang merekalah yang mengaku paling benar.

Sekiranya kita dapat mengambil hikmah dari jutaan kisah-kisah kebersahajaan yang sudah terjadi sejak ribuan tahun ini. Bahwa perdamaian itu lebih baik, bersaudara itu kebajikan, saling menghasihi itu modal dasar kasih Tuhan. Dan tanpa kasih Tuhan, pantaskah kita masih berharap surga?

Bukan sedikit-sedikit mengklaim bahwa surga itu milik kami dan neraka milik kalian. Apa yang mau kita katakan nanti ketika Allah membalikkan itu semua?