Kamis, 29 September 2016

Haruskah Kita Menyerah Atas Kebobrokkan Bangsa Ini?

Rasa skeptis yang selama ini menyelimuti saya terhadap pejabat-pejabat negara ataupun aparat keamanan negara telah membuat saya untuk menjaga diri untuk tidak terlalu banyak berhubungan dengan mereka. Meskipun suatu kali harus benar-benar harus 'bersentuhan secara langsung' saya mencoba untuk benar-benar tidak menunjukkan ketidaksukaan saya walaupun juga tidak menunjukkan hormat yang khusus terhadap mereka. Sikap saya terhadap mereka biasa-biasa saja seperti kepada setiap orang yang berhubungan dengan saya di setiap aktivitas keseharian. Justru di dalam hati saya hanya menganggap mereka sebagai pelayan saya. Sedang saya adalah majikan yang baik.

Mencintai tanah air sudah tertanam sejak lama dalam diri ini. Kebobrokan yang terjadi di negara ini sama sekali belum berhasil untuk menghancurkan itu. Justru sering kali saya merasakan cinta itu semakin tumbuh-berkembang ketika kebobrokan-kebobrokan kian muncul setiap harinya. Itu semua menjadi motivasi untuk tetap berbuat yang terbaik untuk negeri meski tak berdampak berarti bagi negara.

Selama ini kita menyesali, tapi tak pernah berbuat lebih baik. Kita menyadari kesalahan, tapi terus menerus melakukan kesalahan itu. Kita harus berubah, dan kita memang merubah, selalu berubah, kita merubah pemahaman kita terhadap kejahatan-kejahatan di negeri ini, sebagai sebuah perbuatan biasa saja, dan terus melestarikannya.

Dulu kita sedih mengetahui ada pejabat negara yang korupsi, dan menyusun gerakan untuk memakzulkannya. Sekarang kita hanya menganggap hal-hal semacam itu sebagai sebuah lelucon, dan yang terparah, kita menjadi bagian darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar