Rasa
skeptis yang selama ini menyelimuti saya terhadap pejabat-pejabat
negara ataupun aparat keamanan negara telah membuat saya untuk menjaga
diri untuk tidak terlalu banyak berhubungan dengan mereka. Meskipun
suatu kali harus benar-benar harus 'bersentuhan secara langsung' saya
mencoba untuk benar-benar tidak menunjukkan ketidaksukaan saya walaupun
juga tidak menunjukkan hormat yang khusus terhadap mereka. Sikap saya
terhadap mereka biasa-biasa saja seperti kepada setiap orang
yang berhubungan dengan saya di setiap aktivitas keseharian. Justru di
dalam hati saya hanya menganggap mereka sebagai pelayan saya. Sedang
saya adalah majikan yang baik.
Mencintai tanah air sudah tertanam sejak lama dalam diri ini.
Kebobrokan yang terjadi di negara ini sama sekali belum berhasil untuk
menghancurkan itu. Justru sering kali saya merasakan cinta itu semakin
tumbuh-berkembang ketika kebobrokan-kebobrokan kian muncul setiap
harinya. Itu semua menjadi motivasi untuk tetap berbuat yang terbaik
untuk negeri meski tak berdampak berarti bagi negara.
Selama ini kita menyesali, tapi tak pernah berbuat lebih baik. Kita menyadari kesalahan, tapi terus menerus melakukan kesalahan itu. Kita harus berubah, dan kita memang merubah, selalu berubah, kita merubah pemahaman kita terhadap kejahatan-kejahatan di negeri ini, sebagai sebuah perbuatan biasa saja, dan terus melestarikannya.
Dulu kita sedih mengetahui ada pejabat negara yang korupsi, dan menyusun gerakan untuk memakzulkannya. Sekarang kita hanya menganggap hal-hal semacam itu sebagai sebuah lelucon, dan yang terparah, kita menjadi bagian darinya.
Selama ini kita menyesali, tapi tak pernah berbuat lebih baik. Kita menyadari kesalahan, tapi terus menerus melakukan kesalahan itu. Kita harus berubah, dan kita memang merubah, selalu berubah, kita merubah pemahaman kita terhadap kejahatan-kejahatan di negeri ini, sebagai sebuah perbuatan biasa saja, dan terus melestarikannya.
Dulu kita sedih mengetahui ada pejabat negara yang korupsi, dan menyusun gerakan untuk memakzulkannya. Sekarang kita hanya menganggap hal-hal semacam itu sebagai sebuah lelucon, dan yang terparah, kita menjadi bagian darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar