Kamis, 22 Desember 2016

KEDAULATAN HIDUP

Hidup itu mesti berdaulat, punya kebebasan tersendiri untuk memilih apapun sesuai kepentingan masing-masing. Tentu dengan kesadaran dan keyakinan penuh atas pengetahuan yang dimiliki tentang diri sendiri.
Silahkan kalau mau jadi nyinyirwan, tapi jadilah nyinyirwan yang mandiri, jangan ikut-ikutan orang. Kau mesti punya pengetahuan tentang apa itu nyinyir, tentang apa dan kepada siapa sepatutnya engkau bernyinyir ria.

Jadi jomblopun begitu, jadilah jomblo sejati, bukan berarti jadi jomblo seumur hidup. Sedih sekali rasanya begitu. Meskipun geer akan menikmati bidadari di surga. Nanti kena ejek Mbah Mun, kalau yang akan kalian nikmati itu cuma makanan ringan. Sedang yang beristri di dunia akan menikmati nasinya. Jadilah jomblo yang punya pengetahuan kenapa ia jomblo, kenapa ia tak pantas dipilih atau tak punya kawenangan apa-apa untuk memilih. (Wajib dicatat)

Kalau kau punya kepercayaan bahwa menjelek-jelekkan lawan adalah vitaminmu untuk merasa lebih baik dari orang lain. Kau harus punya pengetahuan tentang apa itu ksatria, tentang siapa yang mestinya pantas disebut sebagai pemenang.

Nanti, setelah kau sudah merasa berdaulat terhadap dirimu sendiri. Barulah kau boleh berbangga atas semua yang kau lakukan. Karena, meskipun suatu saat ketika kau keliru menanggapi sesuatu. Kau masih punya kebanggaan atas pencarianmu sendiri.

Orang lain hanya boleh menginspirasimu, tidak memprovokasi. Kalau kau melakukan sesuatu karena provokasi. Percayalah, saat itu kau hanya menjadi budak yang membantu mereka mendapatkan sesuatu.
Jadilah orang yang terinspirasi kalau kau tak mau merasakan bagaimana hinanya menjadi orang yang terprovokasi.

Caranya? Kembali fungsikan sesuatu yang Tuhan berikan kepadamu, yang menjadikanmu sebagai 'sesuatu' yang mulia: akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar