Sabtu, 19 November 2016

Purnama Membisik, Aku Mendapat Cinta

Gegap gempita lampu-lampu kota
justru membuat tapak gagap melangkah.
Gemerlap purnama menyeringai sapa: Duhai yang jiwanya kosong melompong akan cinta, akan datang masanya kau merindui kesendirianmu. Aku melangkah, mencari mengikuti suara sang purnama.

Benarkah?

Akankah aku mendapat cinta? Oh Tuhan, lekaskanlah, tak apa nanti aku menyesal, berilah aku cinta. Betapa pedih hidup tanpa mengucap kata 'cinta', betapa mumur kesendirian tanpa tahu apa itu cinta. Biar cinta jadi ruam di jiwa, asal aku punya pengalaman mencinta.

Benarkah?

Benarkah aku tak tahu cinta? Kudengar bisik-bisik orang: Tuhan memberi cinta kepada semua makhlukNya. Atau aku bukan makhluk Tuhan? Tak mungkin. Atau Tuhan membuat pengecualian? Tuhan Mahaadil. Lalu apa?

Benarkah?

Atau justru sebenarnya hidupku penuh cinta, cinta terhadap kata 'cinta,' cinta terhadap segala obsesiku tentang 'cinta?' Bisa jadi, karena besarnya kecintaanku akan 'cinta' membuatku tertutup pada hakikat cinta.

Ah Purnama, baru pertama kalinya aku mengikuti suara yang kuyakini kebenarannya, tapi kau malah bercanda. Sudahlah, jangan mengejekku lagi.

Medan, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar