Sabtu, 19 November 2016

"Ulama"

Walah, mbok ya jangan menghina ulama toh. Sikap husnudzan ulama-ulama itu besar. Orang datang mengajak kebaikan InsyaAllah langsung mereka sambut dengan antusias, yang sayangnya seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang licik.

Berbeda pendapat ya silahkan, asal jangan saling melempar hinaan. Dan pendapatnya bisa dipertanggung-jawabkan. Toh sejak dulu perbedaan di kalangan ulama juga banyak, kan? Alah, semua yang mengaku pelajar muslim tentu tahu itu.

Soal standarisasi ulama itu setiap orang punya standarnya masing-masing toh. Kalau saya lebih menekankan ulama bukan hanya yang menguasai banyak kitab. Bukan sekedar yang lebih sering mengucap "takbir" lalu disambut "Allahu Akbar" dengan suara yang super nyaring. Pokoknya ulama yang saya kagumi itu semacam Habib Ali Jufri itulah. Itu standar saya ya, yang tak akan saya promosikan ke siapa-siapa. Kalau standar anda berbeda ya silahkan, asal kita tetap saling menyayangi.

Jadi wajar saja kalau kita berbeda pendapat karena panutan kita yang 'berbentuk' ulama juga berbeda. Kalau ada nantinya yang menurut anda ulama tapi menurut saya tidak. Ya terima saja. Saya juga insyaAllah akan begitu ketika siapa yang saya anggap ulama justru anda anggap kafir. Biasa saja. Itu urusan anda nanti dengan dia dan Dia.
 
Nah, apalagi kalau kita sepakat dengan beberapa ulama yang sama, namun berbeda pendapat. Yang akhirnya juga akan membuat kita berbeda pendapat juga. Ya jangan jontos-jontosan, justru seharusnya itu sebuah hal yang patut disyukuri karena menandakan bahwa memang ulama yang kita kagumi itu dapat menelurkan keluasan ilmunya. Dan tetap kita harus saling menyayangi.

Kata 'kenal' itu ada karena memang aslinya kita berbeda. Yang berarti seharusnya kita tak punya waktu jeda untuk saling mengenal satu sama lain. Lalu saling menyayangi dan melimpahkan saya kita ke orang lain lagi. Begitu seterusnya, sampai kepada misi kita yang Rahmatan Lil Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar